The Strawberry Surprise (Love Flavour) by Desi Puspitasari | Goodreads Yogyakarta
Home » » The Strawberry Surprise (Love Flavour) by Desi Puspitasari

The Strawberry Surprise (Love Flavour) by Desi Puspitasari

Written By Unknown on Thursday, 9 October 2014 | 20:19

The Strawberry Surprise
(klik untuk tautan ke Goodreads)



Blurb:

Tak ada yang tahu bagaimana cara kenangan bekerja.
Ia bebas keluar-masuk ingatan seenaknya sendiri.
Lalu tiba-tiba sosoknya datang penuh kejutan.
Menghampiri dan menawari cinta itu hadir kembali.

Bersamamu seperti menikmati sepotong strawberry.
Meledak-ledak, manis, masam, dan tak terduga.
Tapi keraguan selalu muncul, sekalipun lima tahun sudah terlewat.
Hingga kau bertanya, beranikah aku menikmati strawberry denganmu?
Merasakan hidup penuh kejutan, bersama-sama, selamanya. 











Baiklah saya mengaku. Niat membaca buku muncul ini karena Reza... eh Timur... eh maksudnya harus baca dulu sebelum nonton filmnya. 

Banyak hal yang saya suka dari buku ini. Yang pertama adalah cara penulis menjaga alur cerita. Greget cerita memikat pembaca untuk berlari-lari menyelesaikan buku ini. Yang kedua adalah penyajian karakter Aggi. Tidak melulu hitam putih, namun abu-abu. Tidak terlalu memikat untuk disukai setiap laki-laki, tapi memiliki pesonanya yang khas. Sebetulnya Aggi ini masih tidak jauh berbeda dengan stereotipe cewek yang dihindarinya, malah lebih menuntut perhatian. Istilahnya : capek deh ngikutin si Aggi ini. Yang ketiga adalah riset penulis mengenai latar belakang pekerjaan Aggi dan cara pemakaian kamera. Biasanya dalam cerita macam ini latar belakang profesi kurang diulas dengan mendalam. Yang keempat adalah upaya penulis memberikan alternatif lokasi-lokasi kencan romantis. Well done.

Yang buat saya kurang sreg adalah karakter Timur. Adorable sih, cuma terasa Timur ini banyak baiknya dibanding kekurangannya. Seolah Timur ini ada hanya untuk dipuja. Lalu pada bagian awal terasa karakter - karakter yang disajikan kurang khas. Antara satu orang dan orang lain memiliki cara dan gaya bicara yang sama. Hal ini kemudian mencair dan karakter utama menjadi lebih khas. Bagian akhir terasa buru-buru. Si seniman pencemburu kurang terlaborasi. Tokoh Pak Wu menurut saya tidak signifikan, toh mereka tidak menjalin relasi apa pun.

Akhir kata selamat buat Desi Puspitasari atas diangkatnya cerita ini menjadi film :)

Salam buat Timur... eh Reza.



Poster film Strawberry Surprise adapatasi novel The Strawberry Surprise
Desi Puspitasari

Novel ini dibuka dengan prolog yang cukup manis, membuatku penasaran  bertanya-tanya, "Kenapa Timur dan Aggi kabur di hari pernikahan?" Selanjutnya cerita bergulir dari saat Aggi menerima sebuah buku "Kisah Mata dari Seno Gumira Ajidarma." Aggi yang memang wanita yang suka kejutan tak terduga menikmati sensasi penasaran itu, meski dia telah menebak-nebak siapa si pengirim buku. Tebakannya benar, Timur, sang mantan pacar, menepati janji untuk bertemu lagi lima tahun saat mereka masing-masing tidak mempunyai pacar atau sudah menikah.

Meski lima tahun telah berlalu, ternyata Aggi yang berprofesi fotografer tetaplah sosok wanita yang keras kepala. Meski nggak disebutkan disini, dia seperti sosok wanita tomboi yang cuek, seakan  nggak percaya pada cinta. Seakan Aggi-lah 'sang pria'. 

Aggi meminta Timur datang ke Jogja setiap Minggu untuk mendengarkan cerita tentang pria-pria yang pernah bersamanya selama lima tahun mereka berpisah. Meski Timur begitu sibuk bekerja di Bandung, tapi dia menyanggupinya. Dia mendengarkan kisah Aggi dengan beberapa pria tanpa ada rasa cemburu. Sedikit aneh, biasanya pria males mendengarkan hal seperti itu dan cenderung mengalihkan ke topik lain. Tapi mungkin Timur ingin bersama Aggi lagi jadi dia rela saja asal bisa bertemu dan ngobrol dengan Aggi.

Aku suka novel ini karena nuansa "Jogja"nya kerasa banget. Cuman terlalu banyak kalimat yang diulang-ulang seperti kata pamungkasnya : "Tak ada yang tahu bagaimana cara kenangan bekerja. Ia bebas keluar-masuk ingatan seenaknya sendiri." Juga ada beberapa informasi yang tidak perlu.

Ah yang paling aku suka justru adegan Aggi bertemu Pak Wu. Entah kenapa terasa romantis tapi agak lucu. Novel ini cocok dibaca saat santai sambil menikmati semangkok strawbery mungkin? Seperti kalimat di sampul belakang : meledak-ledak, manis, masam dan tak terduga ;)


0 comments :

Post a Comment

ARSIP