Kaget juga, saya sudah terlambat sekitar sepuluh menit tapi ternyata belum ada anggota goodreads lain di Mata Aksara. Kecuali Pak Adi, selaku tuan rumah. Sepertinya budaya tepat waktu di goodreads Yogya sudah berlalu. Cukup lama kemudian baru Roni datang. Lama kemudian, baru yang lain-lain datang. Niken 002 dan Erik datang berduaan. Bawa banyak tas besar seperti kalau punya bayi saja. Mbak Sita datang menumpang Lutfi. Begitu tiba ia langsung duduk di kursi dan mengobati salah satu kukunya yang terkelupas. Sambil ketawa-tawa. Lalu Andre, Indri, dan Lora datang berombongan. Disusul Mama Dewi dan Sofi. Sedang seperti biasa, Om Dodi sendirian. Sansan juga demikian. Mereka semua datang hampir bersamaan, seperti berkomplot saja.
Hampir semua membawa makanan untuk dibagi. Tuan rumah, Pak Adi dan Bu Heni menyuguhkan kacang rebus dan rujak. Andre membawa kue-kue (sisa) lebaran. Lora dan Indri membawa gorengan satu plastik. Tidak diketahui siapa yang beli, Lora atau Indri atau mereka patungan. Om Dodi si newbie membawa eggroll tiga bungkus. Ada juga coklat Top, saya lupa yang bawa siapa.
Sofi membawa kue-kue bikinan sendiri yang (diharapkan) berbentuk hati. Katanya bikinan Sofi, tapi saya rasa itu cuma akal-akalan ibunya yang takut merasa malu jika percobaan membuat kuenya gagal. Kalau ternyata tidak enak, dengan mudah kesalahan ditimpakan terhadap Sofi. Sedang jika enak, tentu ibunya tidak luput dari pujian. Benar-benar manipulasi sosial yang sederhana namun efektif. Tidak lebih tidak kurang dari yang diharapkan dari seorang psikolog. Dan walau malu-malu, Sofi berusaha keras agar kue hatinya laku. Akhirnya kami semua makan hati Sofi.
Mbak Dewi membawa minuman instant sachet-an. Satu pak teh hijau. Satu pak lagi minuman coklat yang disangka Indri sebagai kopi.
"Eeeh, anak kecil nggak boleh minum kopi!" ujarnya saat melihat anak Mbak Heni, yang aduh saya lupa namanya, mengambil satu sachet coklat. Saat Lora keheranan, saya langsung mengecek apa yang diminum Indri. Ternyata gelasnya berisi coklat yang sama, dan sudah ia minum separuh! Sayang Mbak Iyut sudah tidak di Yogya, karena sepertinya Indri harus ke dokter untuk memeriksakan indra perasanya.
Saat acara belum dimulai, Andre mengajak teman-teman bermain cluedo. Permainan kartu yang sudah ia pamer-pamerkan di pertemuan goodreads sebelumnya. Andre ditemani Indri berusaha mengajari Erik dan saya bermain. Atau lebih tepatnya, Saya, Indri, dan Erik menemani Andre bermain. Permainan usai saat acara dibuka secara resmi oleh Sansan.
Tuan rumah banyak bercerita mengenai Perpustakaan Mata Aksara. Sejak berdiri di tahun 2010, perjuangannya menjadi seperti sekarang, kegiatan-kegiatannya selama ini, dan mimpi-mimpi yang masih ingin diraih.
Mata Aksara berdiri dari inisiatif pribadi. Dikelola juga dari dana pribadi. Namun setelah beberapa waktu, ia mendapat beberapa bantuan. Sekarang selain tempat yang nyaman dan buku-buku yang berjajar rapi di rak, Mata Aksara memiliki fasilitas internet dan perpustakaan bergerak yang dapat kita undang. Selain itu ia sering mengadakan kegiatan di luar baca-membaca. Menggunakan fasilitas Mata Aksara juga tidak dipungut biaya, bahkan perpustakaannya melayani 24 jam. Bukanya sih nggak 24 jam, tapi kita boleh mengetuk pintu sewaktu-waktu. Mata Aksara juga terbuka untuk menerima donasi maupun tenaga sebagai relawan.
Tidak ada book swap ataupun game dalam kopdar kali ini. Tapi kami semua senang, mungkin karena banyak makanan. Kegiatan yang dekat-dekat dengan buku kali ini hanyalah bercerita tentang buku yang masing-masing baca satu bulan belakangan. Tidak banyak yang saya ingat selain Mbak Heni yang berbicara tentang Perahu Kertas-nya Dewi Lestari, Indri yang pinjam buku dari Sansan tapi cuma dibaca lima halaman awal sebelum dikembalikan, dan Mbak Dewi yang mereview komik berjudul Monster. Mbak Dewi sempat salah menyebutkan pengarang Monster sebagai Naoki Kurosawa. Padahal yang benar adalah Urosawa. Kelebihan satu huruf "K". Kebetulan sekali bahwa nama saya juga diawali huruf "K". Kurnia, bukan Urnia.
Oh ya, berita terbaru dalam kopdar kali ini adalah bahwa Roni berhasil menyelesaikan skripsinya. Kemarin ia hadir sebagai pemuda yang telah lulus kuliah. Meninggalkan Andre seorang diri yang terkatung-katung dalam skripsi tak berujung. Saya curiga jangan-jangan ketidakhadiran Roni dalam beberapa pertemuan belakangan ini disebabkan keengganannya untuk mentraktir sebagai wujud syukur atas kelulusannya. Tidak apa, kami tetap berbahagia untuk Roni. Dan masih mengelus dada untuk Andre.
Ketika acara sudah menjelang bubaran, Harmedia tiba. Tapi Lutfi selaku korwil Yogya memaafkan keterlambatannya karena ia membawa roti satu kardus. Andre juga mengajak main cluedo lagi. Tapi tidak ada yang bersedia. Tidak ada yang mau bermain dengan Andre.
Akhirnya kami semua mulai berpamitan satu persatu. Tapi Mbak Dewi masih sempat-sempatnya membawa dagangan berupa tas-tas dalam tas besar ke dalam perpustakaan dan menggelar lapak. Saya tidak mengetahui apakah ia membayar pajak dagangan ke Mata Aksara atau tidak. Saya sudah terburu pulang. Tidak bersedia menerima ajakan teman-teman buat meneruskan kumpul-kumpul di rumah makan.
Ah, itu kan cuma untuk memenuhi dahaga Mbak Dewi dan teman-teman akan gosip saja. Lebih baik pulang dan menghemat uang di dompet yang sudah setipis tubuh saya.
Sekian laporan selayang pandang saya.
Kurnia Harta Winata
Yogyakarta, 07 September 2012
0 comments :
Post a Comment