Ini adalah reportase kedua tentang kegiatan Canting bersama komunitas Goodreads regional Jogja di salah satu daerah rawan bencana Merapi. Reportase sebelumnya sudah ditulis oleh Belind di sini.
“Cantingers, kalau ada yang mau ikut ke pengungsian Muntilan, besok jam 7 ketemu di terminal Jombor. Kerjasama Goodreads Jogja.”
Itulah sms yang dikirim oleh mas Gugun Sabtu malam kemarin (30/10). Sebuah ajakan yang menarik karena sebelumnya saya dan teman-teman Canting memang ingin membantu para pengungsi di lereng Merapi. Namun kami belum sepakat akan membantu apa dikarenakan kesibukan masing-masing.
Akhirnya saya mengiyakan ajakan mas Gugun, Minggunya saya kebetulan mendapat jatah libur. Dan malam itu juga saya forward sms mas Gugun ke teman-teman. Sayangnya banyak yang tidak bisa/berhalangan.
Foto oleh Iyut Yhs |
Minggu pagi (31/10), sesuai yang sudah ditentukan, kami berkumpul di depan terminal Jombor. Pukul 07.30 formasi Canting yang hanya mas Gugun, mas Agung Poku, Yula, Belind, dan saya sudah berkumpul. Tapi kami masih menunggu teman-teman Goodreads sebagai pihak yang mengajak kami.
Setelah 30 menit kami menunggu, teman-teman Goodreads datang juga. Briefing dadakan pun dilakukan dan Canting pun ikut meluncur ke Muntilan dengan menumpang mobil pihak Goodreads.
Perkiraan awal saya, kami akan menjadi relawan yang akan ikut menyalurkan bantuan logistik dari posko ke tempat-tempat pengungsian (TPS) seperti yang sudah dilakukan beberapa teman saya sejak Rabu lalu. Namun ternyata saya tak tepat, teman-teman Goodreads memiliki rencana yang memang selama ini agak diabaikan oleh para relawan. Ya, kami akan mendampingi anak-anak di TPS untuk bermain, bercerita, dan bahkan belajar bersama. Hal ini dilakukan agar mereka tidak trauma atau terbayang-bayang dengan bahaya yang sedang mengancam mereka. Kalau istilah kerennya sih disebut Trauma Healing.
Ide menarik bukan? Canting pernah melakukan hal ini ketika di sanggar anak Rumah Bambu, namun bedanya ketika itu kami hanya mengisi liburan anak-anak di sana.
Sekitar pukul 09.30 kami tiba di Muntilan, Magelang. Di sana kami transit di Rumah Pelangi, sebuah sanggar pemberdayaan generasi muda di bidang sosial budaya yang dijadikan posko bantuan. Kami meminta informasi tentang TPS yg belum ‘terjamah’ oleh relawan pendamping anak-anak. Akhirnya diputuskan kami dibagi dua kelompok yang akan ke TPS Ketunggeng dan Ngrajek di Kecamatan Dukun, Magelang.
Langsung saja kami menuju TKP masing-masing dengan diantar salah satu petugas posko. Kelompok saya yg notabene teman satu mobil mendapat jatah ‘bertugas’ ke TPS Ngrajek. Ketika sampai di Ngrajek, ternyata di sana sudah ada sebuah lembaga resmi yang mendampingi anak-anak. Dari pengurus TPS Ngrajek kami disarankan ke TPS lain yang sekiranya memang membutuhkan kami.
TPS SD Banyudono 2, Dukun Magelang. Itulah tujuan kami selanjutnya, dan ternyata di TPS ini memang belum ada relawan anak yang masuk. Setelah kulanuwun dengan pengurus TPS yang sangat ramah, kami pun langsung mengumpulkan anak-anak yang ada.
Sekedar informasi, jumlah pengungsi di TPS ini tidak begitu banyak, kurang lebih 500 jiwa dengan 30 anak-anak berbagai usia. TPS ini berjarak kurang lebih 7 Km dari Merapi.
Kelompok saya yang terdiri dari mbak Natty, mas Helvry, Putra, Putri dari Goodreads dan saya, mas Gugun, mas Agung, Yula dari Canting, tanpa koordinasi matang kami spontan saja mengajak anak-anak bermain. Untuk peralatan kami memang sudah menyediakannya. Kami mengelompokkan anak berdasar kelas mereka. Anak-anak pra-sekolah dan TK yang kira-kira berjumlah 10 anak menjadi bagian Putri dibantu mas Helvry. Anak kelas 1-3 SD menjadi bagian saya, kelas 4-6 SD menjadi bagian mas Gugun. Sementara mbak Natty, Yula dan mas Agung menjadi ‘moderator’ dan ‘wasit’ permainan kami. Putra sendiri memilih menjadi ‘tukang foto’.
Putri bersama kelompoknya menggambar dan bernyanyi bersama, serta mendongeng. Sedangkan kelompok mas Gugun dan saya yang masing-masing ada 9 anak, ‘berkompetisi’ dalam beberapa permainan, seperti estafet tali, estafet karet dalam sedotan, dan permainan tutup mata dan cari temanmu. Setelah puas dan lelah bermain-main yang didominasi dengan lari-lari itu, kami pun bergabung dengan kelompok Putri, mengingat saat itu hampir jam makan siang. Anak-anak di kelompok Putri ternyata masih asyik mendengarkan dongeng dari mas Helvry.
Akhirnya, sambil menunggu jam makan siang tiba, kami mengisinya dengan membuat burung kertas. Tak ada satupun anak yang sudah bisa, sehingga mereka sangat antusias melihat dan mendengarkan contoh dari kami. Setelah jadi mereka harus mewarnai burung kertas itu. Di tengah-tengah asyiknya kegiatan kami, hujan pun turun, lumayan deras. Dan makan siang jadi tertunda. Rasa lapar tak mengurangi minat mereka pada burung kertas.
Foto oleh Iyut Yhs |
Seru!! Itulah satu kata yang bisa menggambarkan siang kemarin. Tak disangka anak-anak mudah akrab dan mau menerima kami para pendatang baru. Semua tampak mudah bekerja sama, dan kalau ada yang nangis, nakal atau ngeyel itu wajar. Sejenak mereka bisa menghapus kebosanan di tenda pengungsian dan sedikit menghilangkan ketakutan akan bahaya yang sedang mengancam.
Di akhir pertemuan, kami membagi hadiah yang berupa biskuit, mainan, boneka, dan tentu saja buku untuk seluruh anak. Mereka tampak sangat bergembira. Akhirnya hujan pun reda dan kami pun harus berpisah dengan mereka. Ketika kami berpamitan dengan para pengurus TPS, mereka sangat berterimakasih dan mengharap kami datang lagi di lain hari, namun kami tak berani menjanjikan apapun.
Dari TPS SD Banyudono kami kembali ke Rumah Pelangi untuk bertemu teman-teman yang bertugas di TPS Ketunggeng. Pukul 14.00 kami kembali meluncur ke Jogja. Apa yang kami lakukan siang itu memang tak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang dilakukan para relawan lain yang berjuang dari pagi hingga malam. Tapi semoga bisa mendatangkan kecerian bagi anak-anak di pengungsian yang masih dilanda trauma dan rasa takut.
Bagi teman-teman yang tertarik atau ingin menjadi relawan, baik relawan untuk evakuasi, penyaluran logistik ataupun pendamping korban bencana, bisa mendapatkan informasinya dari :
1. follow @jalinmerapi atau @infoMERAPI di twitter
2. menghubungi Pak Budi di 08156985682
3. atau silahkan klik Indonesia Bercerita untuk MERAPI, JALIN Merapi
Tulisan dari Shasa di Kompasiana
0 comments :
Post a Comment